Senin, 16 Februari 2015

STUDI KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias batrachus Linn) DI KOLAM TERPAL DI DESA GUSUNGE KECAMATAN KUSAN HILIR KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ABSTRAK

Penelitian studi analisa usaha budidaya ikan lele (Clarias batrachus Linn) yang dipelihara di kolam terpal di Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha, keadaan pembiayaan (cost) seperti biaya investasi, biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variabel cost),   biaya penerimaan (revenue), biaya pengeluaran (total cost), keuntungan (profit) dan revenue cost ratio (RCR) usaha tersebut.  Responden yang diwawancarai adalah pembudidaya ikan yang merangkap sebagai nelayan di desa setempat sebanyak 11 orang dan aktif pada saat penelitian dilakukan.  Alat bantu penelitian berupa kuisioner yang diisi berdasarkan hasil wawancara pada setiap responden.  Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh  bahwa rerata biaya investasi sebesar Rp 7.343.900, rerata biaya tetap Rp 1.491.236 dan rerata biaya variabel sebesar Rp 10.461.667, sehingga total rerata biaya yang diperlukan adalah  Rp 6.390.855.  Untuk rerata total penerimaan sebesar Rp 12.100.909 per musim tanam (MT) dengan jangka waktu 3 kali musim tanam per tahun dengan rerata keuntungan (profit) sebesar 5.710.054 per musim tanam dan rerata nilai RCR sebesar 1,946.  Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa usaha budidaya ikan lele (Clarias batrachus Linn) tersebut sangat layak untuk dilaksanakan, sebab rerata nilai RCR yang dihasilkan lebih dari 1 (RCR > 1), yaitu 1,946 (dengan kisaran antara 1,230 – 2,973).  Biaya investasi pada usaha budidaya ini seperti pompa air, alat kualitas air, mesin pakan, bak/baskom, ember, terpal untuk pakan, terpal untuk kolam, bak Styrofoam, atap, rangka kolam, aerator dan serok.  Selain biaya investasi, ada juga biaya tetap, yang meliputi biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan.  Biaya tetap ini bersifat tetap untuk jangka waktu pendek dan tidak tergantung volume produksi. 

Keywords :  analisa usaha, ikan lele, kolam terpal, pembiayaan


PENDAHULUAN

            Kalimantan Selatan mempunyai wilayah seluas 3.698.550 ha dengan luas sumberdaya hayati perikanan di perairam umum seluas 1.000.000 ha dan laut 12.000.000 ha.  Budidaya air tawar (kolam) mempunyai potensi lahan seluas 2.400 ha, dan pada tahun 1994 baru dimanfaatkan seluas 277,7 ha.  Dilihat dari potensi yang ada, pengembangan usaha budidaya ikan masih berpeluang besar (Anonim di dalam Raharjo, 2002).
Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak di antara: 2052’ – 3047’ Lintang Selatan dan 115015’ – 116004’ Bujur Timur.  Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten dari 13 (tiga belas) kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan. Wilayahnya berbatasan dengan : Kabupaten Kotabaru di sebelah Utara dan Timur, Laut Jawa di sebelah Selatan, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut di sebelah Barat.       Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 km2 (506.696 Ha) atau 13,50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan.
Kabupaten Tanah Bumbu dengan luas perairan laut seluas 634,80 km2, sangat berpotensi dalam hal penangkapan ikan bagi nelayan.  Namun, di musim-musim tertentu di sepanjang tahun, ada kalanya cuaca laut yang tidak mendukung (ombak besar) untuk melakukan penangkapan ikan bagi nelayan, sehingga sangat diperlukan usaha sampingan bagi nelayan agar tetap dapat berusaha untuk menafkahi keluarganya pada musim-musim tersebut.
Kolam terpal merupakan solusi yang tepat untuk mengantisipasi hal tersebut.  Dengan adanya kolam terpal, sangat memungkinkan nelayan tetap bisa menafkahi keluarganya walaupun kondisi cuaca yang ekstrim.  Sebab, usaha kolam terpal tidak dipengaruhi oleh kondisi cuaca laut sehingga usaha ini dipilih oleh masyarakat setempat sebagai usaha untuk mendapatkan tambahan pendapatan bagi keluarga mereka.
            Ikan lele (Clarias batrachus Linn) merupakan salah satu jenis ikan ekonomis yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan dapat ditebar dengan kepadatan tinggi serta hasil produksi yang tinggi pula.  Dalam masa pemeliharaan 2 – 3 bulan, ikan lele sudah dapat dipanen (Suprapto, 2013).  Keunggulan lain ikan lele adalah memiliki efisiensi pakan yang relatif lebih tinggi dibandingkan jenis ikan lain.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
            Penelitian ini dilaksanakan di desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.  Penelitian ini dilaksanakan sekitar 3 (tiga) bulan yang dibagi menjadi 3 (tiga) bagian kegiatan yaitu Pra Kegiatan, Pelaksanaan Kegiatan dan Pasca Kegiatan.

Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan untuk pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini adalah berupa kuisioner yang dibuat oleh peneliti kemudian kuisioner tersebut diisi dan digunakan untuk mengambil data dan informasi di lapangan oleh si peneliti kepada pembudidaya ikan lele di kolam terpal yang ada di  Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. 

Metode Penelitian
            Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode survey dan  wawancara secara langsung di lapangan oleh peneliti kepada responden (pelaksana usaha).  Menurut Singarimbun dan Effendi (1985) di dalam Fauraji Akbar (2004), metode survey adalah suatu cara pengambilan sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok (primer).  Sedangkan teknik wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian dalam bentuk tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dan si penjawab atau responden.  (Nazir, 1988).
            Sampel atau responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembudidaya ikan lele di kolam terpal yang  ada di desa Gusunge.  Sampel atau responden yang diwawancarai adalah seluruh pembudidaya yang aktif pada saat dilaksanakannya penelitian.  Hal ini dilakukan karena saat dilaksanakannya penelitian, jumlah pembudidaya yang aktif hanya berjumlah 11 (sebelas) orang  hingga sangat memungkinkan untuk dilakukannya wawancara secara keseluruhan.

Hipotesis
            Hipotesis sementara, diduga usaha budidaya ikan lele (Clarias batrachus Linn) di kolam terpal di Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan layak untuk dilaksanakan.

Analisa Data
            Dalam analisa data, dilakukan analisa usaha untuk mengetahui secara pasti berapa jumlah modal investasi yang diperlukan, biaya operasional per musim tanam (MT), penerimaan (Revenue), keuntungan usaha (Profit) dan imbangan penerimaan biaya (RC Ratio) atau kelayakan usaha.  (Anonimous di dalam Akbar 2004).
            Untuk mengetahui kelayakan hasil usaha budidaya ikan lele di kolam terpal tersebut, maka dilakukan Uji Revenue Cost Ratio (RCR).  Jika hasil yang diperoleh lebih besar dari 1 (RCR > 1), maka berarti hasil analisa usaha budidaya ikan lele di kolam terpal tersebut dinyatakan menguntungkan.  Sebaliknya, jika hasil yang diperoleh lebih kecil dari 1 (RCR < 1), maka berarti hasil analisa usaha budidaya ikan lele di kolam terpal tersebut dinyatakan rugi.
            Menurut Anonimous (2003), untuk lebih jelasnya mengenai kelayakan hasil usaha tersebut, maka dapat diketahui lebih dahulu hal-hal sebagai berikut :
1.    Pembiayaan
Pembiayaan yaitu jumlah total biaya yang digunakan atau dikeluarkan dalam suatu usaha yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan.
2.    Penerimaan (Revenue)
Penerimaan (Revenue) yaitu jumlah total hasil produksi yang dihasilkan oleh pembudidaya, dalam hal ini banyaknya ikan lele yang dipanen per satuan berat, yang dikalikan dengan satuan harga yang berlaku saat penjualan.  Adapun cara untuk mengetahui Penerimaan (Revenue) ini bisa dengan menggunakan rumus berikut :

                                                TR    =   P x Q

Dimana :         TR       =  Total Revenue (Jumlah Penerimaan)
                        P          =  Price (Harga Produksi)
                        Q         =  Quantity (Jumlah Produksi)
3.    Keuntungan (Profit)
Keuntungan (Profit) yaitu jumlah Total Penerimaan  (Total Revenue) dikurangi dengan Total Biaya Pengeluaran (Total Cost), dengan rumus sebagai berikut :

                                                Ï€  =  TR – TC

Dimana :         Ï€          =  Keuntungan (Profit)
                        TR       =  Total Revenue (Total Biaya Penerimaan)
                        TC       =  Total Cost (Total Biaya Pengeluaran)
4.    Revenue Cost Ratio (RCR)
Revenue Cost Ratio (RCR) atau RC Ratio yaitu jumlah Total Biaya Penerimaan (Total Revenue) dibagi dengan jumlah Total Biaya Pengeluaran (Total Cost), dengan rumus sebagai berikut :

            RCR    =  Total Revenue                    =          R/C      =  TR
                            Total Cost                                                        TC
 
Dimana :         RCR    =  Total Cost Ratio
                        TR       =  Total Revenue (Total Biaya Penerimaan)
                        TC       =  Total Cost (Total Biaya Pengeluaran)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan, maka secara lebih rinci kegiatan usaha budidaya ikan lele di kolam terpal di Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu per musim tanam (MT) dapat dilihat pada Tabel 01 berikut :

Tabel 01. Keadaan Hasil Analisa Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias batrachus Linn) Di Kolam Terpal Di Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

No
U r a i a n
Nilai
Tertinggi
Terendah
Rerata
01
02
03
04

1
Biaya Investasi (Rp)
2.850.000
26.500
7.343.900
2
Biaya Tetap/Fixed Cost (Rp)
264.722
24.580
1.491.236
3
Biaya Variabel/Variabel Cost (Rp)
4.300.000
50.000
10.461.667
4
Total Biaya Total Cost (Rp)
19.427.778
1.654.889
6.390.855
5
Total Produksi (Kg)
2.400
259
817
6
Total Penerimaan/Revenue (Rp)
36.000.000
3.885.000
12.100.909
7
Keuntungan/Profit (Rp)
16.572.222
1.154.444
5.710.054
8
Nilai RCR
2,973
1,230
1,946
Sumber : Data Primer Yang Diolah Tahun 2014

Jika tabel tersebut digambarkan secara grafik, maka hasilnya bisa dilihat pada Gambar 01 berikut :
Gambar 01.  Grafik Hasil Analisa Usaha Secara Keseluruhan
      Dari Gambar 01 dan kesimpulan hasil analisis data dari usaha budidaya ikan lele di kolam terpal di desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu per musim tanam (MT), diperlukan rerata biaya investasi sebesar Rp 7.343.900, rerata biaya tetap Rp 1.491.236 dan rerata biaya variabel sebesar Rp 10.461.667, sehingga total rerata biaya yang diperlukan adalah  Rp 6.390.855.  Untuk rerata total penerimaan sebesar Rp 12.100.909 per musim tanam (MT) dengan jangka waktu 3 kali musim tanam per tahun dengan rerata keuntungan (profit) sebesar 5.710.054 per musim tanam (MT) dan rerata nilai RCR sebesar 1,946.
         Biaya investasi yang ada pada usaha budidaya ikan lele di kolam terpal  ini merupakan suatu biaya yang ditanamkan pada benda modal, dalam hal ini yang termasuk biaya investasi adalah pompa air, alat kualitas air, mesin pakan, bak/baskom, ember, terpal untuk pakan, terpal untuk kolam, bak styrofoam, atap, rangka kolam, aerator dan serok.  Selain biaya investasi, ada juga biaya tetap, yang dalam hal ini meliputi biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan.  Biaya tetap ini bersifat tetap untuk jangka waktu pendek dan tidak tergantung volume produksi.
Menurut Kadariah (1978), biaya penyusutan atau depresi ini merupakan pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada setiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek tersebut.
Dalam penelitian ini, biaya penyusutan dihitung berdasarkan harga barang/alat yang terkena penyusutan dibagi dengan usia ekonomis (ketahanan) dari masing-masing barang/alat tersebut.  Usia ekonomis dari suatu barang/alat tersebut hanya diperkirakan atas pengalaman dari responden terhadap daya tahan alat-alat yang dimiliki mereka.
Berdasarkan hasil observasi dan survey di lapangan pada usaha budidaya ikan lele di kolam terpal ini, para nelayan yang sekaligus merangkap sebagai pembudidaya ikan tidak menggunakan alat kualitas air, hal ini disebabkan karena dengan keterbatasan dana mereka sebab menurut mereka peralatan tersebut harganya mahal dan sulit didapat.  Dengan demikian, hal ini akan mengurangi jumlah total biaya investasi dan biaya tetap yang akan mereka keluarkan.
Jika ditinjau dari segi biaya, maka usaha budidaya ikan lele di kolam terpal di Desa Gusunge Kecamatan Sungai Loban Kabupaten Tanah Bumbu ini sangat memerlukan modal yang tidak sedikit.  Namun bukan berarti bahwa usaha budidaya ikan lele di kolam terpal ini hanya bisa dilakukan oleh pembudidaya ikan yang mempunyai modal yang tinggi, bagi mereka yang mempunyai modal terbatas pun masih bisa melakukannya misalnya seperti yang terlihat pada Tabel 06, dengan modal sebesar Rp 1.654.889 saja sudah bisa melakukan usaha ini.
Dalam penelitian ini, adanya perbedaan keuntungan (profit) tidak saja hanya dipengaruhi pada besar kecilnya Total Biaya (Total Cost) yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produksi, akan tetapi faktor teknis seperti persentasi kehidupan ikan lele yang dipelihara dan harga ikan pada saat panen.  Kedua hal ini lebih dominan dalam mempengaruhi faktor keuntungan, dengan demikian sangat diperlukan penekanan pada biaya produksi setinggi mungkin namun tetap memperhatikan pertimbangan hasil produksi.
Untuk memperoleh keuntungan yang optimal, sangat diperlukan teknologi yang modern dan tata cara pengelolaan yang baik seperti cara aklimatisasi, pemberian pakan, pergantian air, kualitas air, memilih benih yang baik, dan lain sebagainya.
  
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.  Berdasarkan hasil analisis data dari usaha budidaya ikan lele di kolam terpal di desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu per musim tanam, diperlukan rerata biaya investasi sebesar Rp 7.343.900, rerata biaya tetap     Rp 1.491.236 dan rerata biaya variabel sebesar Rp 10.461.667, sehingga total rerata biaya yang diperlukan adalah  Rp 6.390.855.  Untuk rerata total penerimaan sebesar Rp 12.100.909 per musim tanam (MT) dengan jangka waktu 3 kali musim tanam per tahun dan rerata keuntungan (profit) sebesar 5.710.054 per musim tanam serta rerata nilai RCR sebesar 1,946.
2.    Usaha budidaya ikan lele (Clarias batrachus Linn) di kolam terpal yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan sangat layak untuk dilaksanakan sebab nilai Revenue Cost Ratio (RCR) yang dihasilkan berkisar antara 1,230 – 2,973, dengan rerata nilai RCR 1,946 (RCR > 1).  Hal ini menunjukkan bahwa usaha tersebut sangat layak untuk dilaksanakan oleh masyarakat setempat.
3.    Secara finansial, usaha budidaya ikan lele (Clarias batrachus Linn) di kolam terpal yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan memberikan keuntungan yang memadai, yaitu berkisar antara Rp 1.154.444 – Rp 16.572.222, dengan rerata keuntungan  Rp 5.710.054  per musim tanam. 
4.    Usaha budidaya ikan lele (Clarias batrachus Linn) di kolam terpal yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan bisa dilakukan oleh masyarakat yang pendapatannya pas-pasan, hal ini disebabkan karena modal yang diperlukan tidak terlalu besar, yaitu berkisar antara Rp 1.654889 – Rp 19.427.778 dengan rerata modal yang diperlukan Rp 6.390.855 tergantung dengan skala usaha yang dilakukan.
5.    Adanya perbedaan keuntungan (profit) tidak saja hanya dipengaruhi pada besar kecilnya Total Biaya (Total Cost) yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produksi, akan tetapi faktor teknis pengelolaan usaha seperti persentasi kehidupan ikan lele dipelihara sampai panen.  Selain itu, harga ikan pada saat panen juga merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan. 

Saran
Usaha budidaya ikan lele di kolam terpal sangat perlu dilakukan dan dikembangkan oleh para nelayan yang ada di desa pesisir lainnya.  Hal ini bisa menjadi mata pencaharian sampingan selain nelayan, yakni pada saat musim ombak besar usaha ini menjadi alternatif untuk menafkahi keluarga mereka.
Selain di desa-desa pesisir, kegiatan  ini juga sangat direkomendasikan untuk dilaksanakan di desa lainnya baik yang mempunyai potensi besar di sector perikanan maupun tidak, sebab budidaya di kolam terpal ini tidak memerlukan lahan yang luas, tetapi pada lahan yang sempit pun (seperti lahan pekarangan) sudah bisa melakukan usaha ini.
Sehubungan dengan hal itu, disarankan kepada instansi terkait supaya bisa mengoptimalkan segala program, pembinaan, pendampingan dan penyuluhan pada masyarakat setempat mengingat semangat mereka yang cukup tinggi untuk melakukan usaha ini.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Fauraji., 2004. Analisis Kelayakan Usaha Tani Budidaya Tambak Ekstensif Udang Windu (Penaeus monodon).  Fakultas Pertanian Institut Pertanian Malang, Malang.  45 Halaman.
Anonim, 2009.  Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB).  Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sleman.  Leflet Bidang Perikanan.  2 Halaman.
Nazir, M., 1988.  Metode Penelitian.  Penerbit Hgalia.  Jakarta.  622 Halaman.
Raharjo, Eko, Prio., 2002. Pemeliharaan Ikan Nila Gift (Oreochromis nilotocus Linn) Jantan Dalam Happa Di Kolam Dengan Perbedaan Persentase Pemberian Pakan Buatan.  Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.  98 Halaman.
Rifky, Emiel, M., 2001.  Studi Usaha Pembenihan Udang Windu (Penaeus Monodon) Skala Rumah Tangga Di Desa Ujung Batu Kecamatan Jepara Kabuaten Dati II Jepara Provinsi Jawa Tengah.  59 Halaman.
Suprapto., Legisan S. Samtafsir., 2013.  Biofloc-165 Rahasia Sukses Teknologi Budidaya Lele Hemat Lahan, Hemat Air, Hemat Pakan, Lebih Bersih dan Non Residu, Serta Kualitas Daging Lebih Baik.  Penerbit AGRO 165,  Depok, Jawa Barat.  225 Halaman.