ABSTRAK
Penelitian
studi analisa usaha budidaya ikan lele (Clarias
batrachus Linn) yang dipelihara di kolam terpal di Desa Gusunge Kecamatan
Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan ini bertujuan
untuk mengetahui kelayakan usaha, keadaan pembiayaan (cost) seperti biaya
investasi, biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variabel cost), biaya penerimaan (revenue), biaya
pengeluaran (total cost), keuntungan (profit) dan revenue cost ratio (RCR)
usaha tersebut. Responden yang
diwawancarai adalah pembudidaya ikan yang merangkap sebagai nelayan di desa
setempat sebanyak 11 orang dan aktif pada saat penelitian dilakukan. Alat bantu penelitian berupa kuisioner yang
diisi berdasarkan hasil wawancara pada setiap responden. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa rerata biaya investasi sebesar Rp
7.343.900, rerata biaya tetap Rp
1.491.236 dan rerata biaya variabel sebesar Rp 10.461.667, sehingga total
rerata biaya yang diperlukan adalah Rp
6.390.855. Untuk rerata total penerimaan
sebesar Rp 12.100.909 per musim tanam (MT) dengan jangka waktu 3 kali musim
tanam per tahun dengan rerata keuntungan (profit) sebesar 5.710.054 per musim
tanam dan rerata nilai RCR sebesar 1,946. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan
bahwa usaha budidaya ikan lele (Clarias
batrachus Linn) tersebut sangat layak untuk dilaksanakan, sebab rerata
nilai RCR yang dihasilkan lebih dari 1 (RCR > 1), yaitu 1,946 (dengan
kisaran antara 1,230 – 2,973). Biaya
investasi pada usaha budidaya ini seperti pompa air, alat kualitas air, mesin
pakan, bak/baskom, ember, terpal untuk pakan, terpal untuk kolam, bak
Styrofoam, atap, rangka kolam, aerator dan serok. Selain biaya investasi, ada juga biaya tetap,
yang meliputi biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan. Biaya tetap ini bersifat tetap untuk jangka
waktu pendek dan tidak tergantung volume produksi.
Keywords : analisa usaha, ikan lele, kolam terpal,
pembiayaan
PENDAHULUAN
Kalimantan Selatan mempunyai wilayah
seluas 3.698.550 ha dengan luas sumberdaya hayati perikanan di perairam umum
seluas 1.000.000 ha dan laut 12.000.000 ha.
Budidaya air tawar (kolam) mempunyai potensi lahan seluas 2.400 ha, dan
pada tahun 1994 baru dimanfaatkan seluas 277,7 ha. Dilihat dari potensi yang ada, pengembangan
usaha budidaya ikan masih berpeluang besar (Anonim di dalam Raharjo, 2002).
Secara geografis
Kabupaten Tanah Bumbu terletak di antara: 2052’ – 3047’ Lintang Selatan dan
115015’ – 116004’ Bujur Timur. Kabupaten
Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten dari 13 (tiga belas) kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau
Kalimantan. Wilayahnya berbatasan dengan : Kabupaten Kotabaru di sebelah Utara
dan Timur, Laut Jawa di sebelah Selatan, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah
Laut di sebelah Barat. Kabupaten
Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 km2 (506.696 Ha)
atau 13,50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan.
Kabupaten Tanah Bumbu
dengan luas perairan laut seluas 634,80 km2, sangat berpotensi dalam
hal penangkapan ikan bagi nelayan.
Namun, di musim-musim tertentu di sepanjang tahun, ada kalanya cuaca
laut yang tidak mendukung (ombak besar) untuk melakukan penangkapan ikan bagi
nelayan, sehingga sangat diperlukan usaha sampingan bagi nelayan agar tetap
dapat berusaha untuk menafkahi keluarganya pada musim-musim tersebut.
Kolam terpal
merupakan solusi yang tepat untuk mengantisipasi hal tersebut. Dengan adanya kolam terpal, sangat
memungkinkan nelayan tetap bisa menafkahi keluarganya walaupun kondisi cuaca
yang ekstrim. Sebab, usaha kolam terpal
tidak dipengaruhi oleh kondisi cuaca laut sehingga usaha ini dipilih oleh
masyarakat setempat sebagai usaha untuk mendapatkan tambahan pendapatan bagi
keluarga mereka.
Ikan lele (Clarias batrachus Linn) merupakan salah satu jenis ikan ekonomis
yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan dapat ditebar dengan kepadatan tinggi
serta hasil produksi yang tinggi pula.
Dalam masa pemeliharaan 2 – 3 bulan, ikan lele sudah dapat dipanen (Suprapto, 2013). Keunggulan lain ikan lele adalah memiliki
efisiensi pakan yang relatif lebih tinggi dibandingkan jenis ikan lain.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di desa
Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan
Selatan. Penelitian ini dilaksanakan
sekitar 3 (tiga) bulan yang dibagi menjadi 3 (tiga) bagian kegiatan yaitu Pra
Kegiatan, Pelaksanaan Kegiatan dan Pasca Kegiatan.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk
pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini adalah berupa kuisioner
yang dibuat oleh peneliti kemudian kuisioner tersebut diisi dan digunakan untuk
mengambil data dan informasi di lapangan oleh si peneliti kepada pembudidaya
ikan lele di kolam terpal yang ada di
Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan.
Metode Penelitian
Metode yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah metode survey dan
wawancara secara langsung di lapangan oleh peneliti kepada responden
(pelaksana usaha). Menurut Singarimbun dan Effendi (1985) di dalam Fauraji Akbar (2004), metode survey
adalah suatu cara pengambilan sampel dari satu populasi dengan menggunakan
kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok (primer). Sedangkan teknik wawancara adalah suatu
proses pengumpulan data untuk suatu penelitian dalam bentuk tanya jawab sambil
bertatap muka antara si penanya dan si penjawab atau responden. (Nazir,
1988).
Sampel atau responden yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pembudidaya ikan lele di kolam terpal yang ada di desa Gusunge. Sampel atau responden yang diwawancarai adalah
seluruh pembudidaya yang aktif pada saat dilaksanakannya penelitian. Hal ini dilakukan karena saat dilaksanakannya
penelitian, jumlah pembudidaya yang aktif hanya berjumlah 11 (sebelas) orang hingga sangat memungkinkan untuk dilakukannya
wawancara secara keseluruhan.
Hipotesis
Hipotesis sementara, diduga usaha
budidaya ikan lele (Clarias batrachus Linn)
di kolam terpal di Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu
Provinsi Kalimantan Selatan layak untuk dilaksanakan.
Analisa Data
Dalam
analisa data, dilakukan analisa usaha untuk mengetahui secara pasti berapa
jumlah modal investasi yang diperlukan, biaya operasional per musim tanam (MT),
penerimaan (Revenue), keuntungan usaha (Profit) dan imbangan penerimaan biaya
(RC Ratio) atau kelayakan usaha. (Anonimous di dalam Akbar 2004).
Untuk mengetahui kelayakan hasil
usaha budidaya ikan lele di kolam terpal tersebut, maka dilakukan Uji Revenue
Cost Ratio (RCR). Jika hasil yang
diperoleh lebih besar dari 1 (RCR > 1), maka berarti hasil analisa usaha
budidaya ikan lele di kolam terpal tersebut dinyatakan menguntungkan. Sebaliknya, jika hasil yang diperoleh lebih
kecil dari 1 (RCR < 1), maka berarti hasil analisa usaha budidaya ikan lele
di kolam terpal tersebut dinyatakan rugi.
Menurut Anonimous (2003), untuk lebih jelasnya mengenai kelayakan hasil
usaha tersebut, maka dapat diketahui lebih dahulu hal-hal sebagai berikut :
1. Pembiayaan
Pembiayaan
yaitu jumlah total biaya yang digunakan atau dikeluarkan dalam suatu usaha yang
bertujuan untuk memperoleh keuntungan.
2. Penerimaan
(Revenue)
Penerimaan
(Revenue) yaitu jumlah total hasil produksi yang dihasilkan oleh pembudidaya,
dalam hal ini banyaknya ikan lele yang dipanen per satuan berat, yang dikalikan
dengan satuan harga yang berlaku saat penjualan. Adapun cara untuk mengetahui Penerimaan
(Revenue) ini bisa dengan menggunakan rumus berikut :
TR = P
x Q
Dimana : TR = Total Revenue (Jumlah Penerimaan)
P = Price (Harga
Produksi)
Q = Quantity (Jumlah
Produksi)
3. Keuntungan
(Profit)
Keuntungan
(Profit) yaitu jumlah Total Penerimaan
(Total Revenue) dikurangi dengan Total Biaya Pengeluaran (Total Cost),
dengan rumus sebagai berikut :
Ï€ = TR –
TC
Dimana : π = Keuntungan (Profit)
TR = Total Revenue (Total Biaya Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya Pengeluaran)
4. Revenue
Cost Ratio (RCR)
Revenue Cost
Ratio (RCR) atau RC Ratio yaitu jumlah Total Biaya Penerimaan (Total Revenue)
dibagi dengan jumlah Total Biaya Pengeluaran (Total Cost), dengan rumus sebagai
berikut :
RCR = Total Revenue = R/C = TR
Total Cost TC
Dimana : RCR = Total Cost Ratio
TR = Total Revenue (Total Biaya Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya Pengeluaran)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil analisis secara keseluruhan, maka secara lebih rinci kegiatan usaha
budidaya ikan lele di kolam terpal di Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu per musim tanam (MT) dapat dilihat pada Tabel 01 berikut
:
Tabel 01. Keadaan Hasil Analisa Usaha
Budidaya Ikan Lele (Clarias batrachus
Linn) Di Kolam Terpal Di Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah
Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan
Sumber : Data Primer
Yang Diolah Tahun 2014
No
|
U r a i a n
|
Nilai
|
||
Tertinggi
|
Terendah
|
Rerata
|
||
01
|
02
|
03
|
04
|
|
1
|
Biaya Investasi (Rp)
|
2.850.000
|
26.500
|
7.343.900
|
2
|
Biaya Tetap/Fixed Cost (Rp)
|
264.722
|
24.580
|
1.491.236
|
3
|
Biaya Variabel/Variabel Cost (Rp)
|
4.300.000
|
50.000
|
10.461.667
|
4
|
Total Biaya Total Cost (Rp)
|
19.427.778
|
1.654.889
|
6.390.855
|
5
|
Total Produksi (Kg)
|
2.400
|
259
|
817
|
6
|
Total Penerimaan/Revenue (Rp)
|
36.000.000
|
3.885.000
|
12.100.909
|
7
|
Keuntungan/Profit (Rp)
|
16.572.222
|
1.154.444
|
5.710.054
|
8
|
Nilai RCR
|
2,973
|
1,230
|
1,946
|
Jika
tabel tersebut digambarkan secara grafik, maka hasilnya bisa dilihat pada
Gambar 01 berikut :
Dari
Gambar 01 dan kesimpulan hasil analisis data dari usaha budidaya ikan lele di
kolam terpal di desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu per
musim tanam (MT), diperlukan rerata biaya investasi sebesar Rp 7.343.900, rerata
biaya tetap Rp 1.491.236 dan rerata biaya variabel sebesar Rp 10.461.667,
sehingga total rerata biaya yang diperlukan adalah Rp 6.390.855.
Untuk rerata total penerimaan sebesar Rp 12.100.909 per musim tanam (MT)
dengan jangka waktu 3 kali musim tanam per tahun dengan rerata keuntungan (profit)
sebesar 5.710.054 per musim tanam (MT) dan rerata nilai RCR sebesar 1,946.
Gambar 01. Grafik Hasil Analisa Usaha Secara Keseluruhan |
Biaya
investasi yang ada pada usaha budidaya ikan lele di kolam terpal ini merupakan suatu biaya yang ditanamkan
pada benda modal, dalam hal ini yang termasuk biaya investasi adalah pompa air,
alat kualitas air, mesin pakan, bak/baskom, ember, terpal untuk pakan, terpal
untuk kolam, bak styrofoam, atap, rangka kolam, aerator dan serok. Selain biaya investasi, ada juga biaya tetap,
yang dalam hal ini meliputi biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan. Biaya tetap ini bersifat tetap untuk jangka
waktu pendek dan tidak tergantung volume produksi.
Menurut Kadariah (1978), biaya penyusutan atau depresi ini merupakan pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada setiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek tersebut.
Menurut Kadariah (1978), biaya penyusutan atau depresi ini merupakan pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada setiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek tersebut.
Dalam
penelitian ini, biaya penyusutan dihitung berdasarkan harga barang/alat yang
terkena penyusutan dibagi dengan usia ekonomis (ketahanan) dari masing-masing
barang/alat tersebut. Usia ekonomis dari
suatu barang/alat tersebut hanya diperkirakan atas pengalaman dari responden
terhadap daya tahan alat-alat yang dimiliki mereka.
Berdasarkan
hasil observasi dan survey di lapangan pada usaha budidaya ikan lele di kolam
terpal ini, para nelayan yang sekaligus merangkap sebagai pembudidaya ikan
tidak menggunakan alat kualitas air, hal ini disebabkan karena dengan
keterbatasan dana mereka sebab menurut mereka peralatan tersebut harganya mahal
dan sulit didapat. Dengan demikian, hal
ini akan mengurangi jumlah total biaya investasi dan biaya tetap yang akan
mereka keluarkan.
Jika ditinjau dari segi biaya, maka
usaha budidaya ikan lele di kolam terpal di Desa Gusunge Kecamatan Sungai Loban
Kabupaten Tanah Bumbu ini sangat memerlukan modal yang tidak sedikit. Namun bukan berarti bahwa usaha budidaya ikan
lele di kolam terpal ini hanya bisa dilakukan oleh pembudidaya ikan yang
mempunyai modal yang tinggi, bagi mereka yang mempunyai modal terbatas pun
masih bisa melakukannya misalnya seperti yang terlihat pada Tabel 06, dengan
modal sebesar Rp 1.654.889 saja sudah bisa melakukan usaha ini.
Dalam penelitian ini, adanya perbedaan
keuntungan (profit) tidak saja hanya dipengaruhi pada besar kecilnya Total
Biaya (Total Cost) yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produksi, akan
tetapi faktor teknis seperti persentasi kehidupan ikan lele yang dipelihara dan
harga ikan pada saat panen. Kedua hal
ini lebih dominan dalam mempengaruhi faktor keuntungan, dengan demikian sangat
diperlukan penekanan pada biaya produksi setinggi mungkin namun tetap
memperhatikan pertimbangan hasil produksi.
Untuk memperoleh keuntungan yang
optimal, sangat diperlukan teknologi yang modern dan tata cara pengelolaan yang
baik seperti cara aklimatisasi, pemberian pakan, pergantian air, kualitas air,
memilih benih yang baik, dan lain sebagainya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah
melakukan penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis data dari
usaha budidaya ikan lele di kolam terpal di desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu per musim tanam, diperlukan rerata biaya investasi
sebesar Rp 7.343.900, rerata biaya tetap
Rp 1.491.236 dan rerata biaya variabel sebesar Rp 10.461.667, sehingga
total rerata biaya yang diperlukan adalah
Rp 6.390.855. Untuk rerata total
penerimaan sebesar Rp 12.100.909 per musim tanam (MT) dengan jangka waktu 3
kali musim tanam per tahun dan rerata keuntungan (profit) sebesar 5.710.054 per
musim tanam serta rerata nilai RCR sebesar 1,946.
2. Usaha budidaya ikan lele (Clarias batrachus Linn) di kolam terpal
yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten
Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan sangat layak untuk dilaksanakan sebab
nilai Revenue Cost Ratio (RCR) yang dihasilkan berkisar antara 1,230 – 2,973,
dengan rerata nilai RCR 1,946 (RCR > 1).
Hal ini menunjukkan bahwa usaha tersebut sangat layak untuk dilaksanakan
oleh masyarakat setempat.
3. Secara finansial, usaha budidaya ikan
lele (Clarias batrachus Linn) di
kolam terpal yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Gusunge Kecamatan Kusan
Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan memberikan keuntungan
yang memadai, yaitu berkisar antara Rp 1.154.444 – Rp 16.572.222, dengan rerata
keuntungan Rp 5.710.054 per musim tanam.
4. Usaha budidaya ikan lele (Clarias batrachus Linn) di kolam terpal
yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Gusunge Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten
Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan bisa dilakukan oleh masyarakat yang
pendapatannya pas-pasan, hal ini disebabkan karena modal yang diperlukan tidak
terlalu besar, yaitu berkisar antara Rp 1.654889 – Rp 19.427.778 dengan rerata
modal yang diperlukan Rp 6.390.855 tergantung dengan skala usaha yang
dilakukan.
5.
Adanya
perbedaan keuntungan (profit) tidak saja hanya dipengaruhi pada besar kecilnya
Total Biaya (Total Cost) yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produksi,
akan tetapi faktor teknis pengelolaan usaha seperti persentasi kehidupan ikan
lele dipelihara sampai panen. Selain
itu, harga ikan pada saat panen juga merupakan hal yang sangat penting untuk
dipertimbangkan.
Saran
Usaha
budidaya ikan lele di kolam terpal sangat perlu dilakukan dan dikembangkan oleh
para nelayan yang ada di desa pesisir lainnya.
Hal ini bisa menjadi mata pencaharian sampingan selain nelayan, yakni
pada saat musim ombak besar usaha ini menjadi alternatif untuk menafkahi
keluarga mereka.
Selain
di desa-desa pesisir, kegiatan ini juga
sangat direkomendasikan untuk dilaksanakan di desa lainnya baik yang mempunyai
potensi besar di sector perikanan maupun tidak, sebab budidaya di kolam terpal
ini tidak memerlukan lahan yang luas, tetapi pada lahan yang sempit pun
(seperti lahan pekarangan) sudah bisa melakukan usaha ini.
Sehubungan
dengan hal itu, disarankan kepada instansi terkait supaya bisa mengoptimalkan
segala program, pembinaan, pendampingan dan penyuluhan pada masyarakat setempat
mengingat semangat mereka yang cukup tinggi untuk melakukan usaha ini.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar,
Fauraji., 2004. Analisis Kelayakan Usaha Tani Budidaya Tambak Ekstensif Udang
Windu (Penaeus monodon). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Malang,
Malang. 45 Halaman.
Anonim,
2009. Cara Budidaya Ikan Yang Baik
(CBIB). Dinas Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Sleman. Leflet Bidang
Perikanan. 2 Halaman.
Nazir, M.,
1988. Metode Penelitian. Penerbit Hgalia. Jakarta.
622 Halaman.
Raharjo,
Eko, Prio., 2002. Pemeliharaan Ikan Nila Gift (Oreochromis nilotocus Linn) Jantan Dalam Happa Di Kolam Dengan
Perbedaan Persentase Pemberian Pakan Buatan.
Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. 98 Halaman.
Rifky, Emiel,
M., 2001. Studi Usaha Pembenihan Udang
Windu (Penaeus Monodon) Skala Rumah Tangga Di Desa Ujung Batu Kecamatan Jepara
Kabuaten Dati II Jepara Provinsi Jawa Tengah.
59 Halaman.
Suprapto.,
Legisan S. Samtafsir., 2013. Biofloc-165
Rahasia Sukses Teknologi Budidaya Lele Hemat Lahan, Hemat Air, Hemat Pakan,
Lebih Bersih dan Non Residu, Serta Kualitas Daging Lebih Baik. Penerbit AGRO 165, Depok, Jawa Barat. 225 Halaman.