Jumat, 19 Juli 2013

PROFIL : SUKSES BUDIDAYA LELE DI KOLAM TERPAL

Sudah berjalan 2 tahun terakhir ini, di kawasan pesisir pantai Kota Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalsel, banyak ditemukan terpal-terpal yang terbentang di antara siring-siring kayu yang dijadikan satu dan ditata sedemikian rupa hingga menyerupai tempat-tempat penampungan.  Di atas tempat itu ada atap miring yang menutupinya.  Begitu dilihat lebih dekat, terdengar airnya yang selalu berbunyi gemercik.    Braaaaaaaakkk..... gropyaaaak..... blerrrrr..... ternyata, sumber bunyi itu berasal dari tempat tadi.  
Pak Abdul Jabir
Tak berapa lama kemudian, dari balik pintu rumah keluarlah seorang lelaki berumur 53 tahun dengan membawa ember kecil yang berisi sesuatu.   Setelah ia mengambil sesuatu yang ada dalam ember tersebut, kemudian dilemparkannya ke arah terpal yang tersusun tadi.  Bletaaakkkk.... byuuuuuurrrrrr..... tak lama terdengar suara gaduh gemeriak air seperti ada yang melahapnya.  Suasana yang sunyi pun langsung jadi ramai dan gaduh.
Ternyata, beliau adalah Pak Abdul Jabir seorang pembudidaya ikan yang ada di desa tersebut.  Beliau adalah seorang Ketua Kelompok Karya Bersama I yang baru setahun lebih menggeluti usaha ini.  "Ooooi, coba kau lihat itu besarnya kepalanya!!! kalo yang itu, makannya rakus ya???" kata seorang anak kecil berumur 9 tahun kepada temannya sambil menunjuk-nunjuk ke dalam terpal. Sambil menaburkan pakan yang ada di tangannya, beliau berkata, "Hei nak....kamu jangan terlalu dekat disitu, nanti bajumu basah".  Maklum, ikan yang dipeliharanya sudah berumur 3 bulan lebih hingga ukurannya sudah lumayan besar, jadi kalo ikannya dikasih makan, ngamuk, dan airnya kecipratan.
Desa Gusunge, Jl. Kapitan Laut Pulo RT 01, disitulah Pak Jabir tinggal bersama keluarga dan ikan kesayangannya.  Usahanya sekarang adalah budidaya ikan lele di kolam terpal.  Beliau baru memulai usaha ini sejak awal tahun 2012 dari petakan kolam hanya beberapa buah, hingga sekarang alhamdulillah jumlah kolamnya sudah ada 6 buah.  "Insya Allah Pak, kalo saya ada rejeki nanti akan saya tambah lagi kolamnya, walaupun secara bertahap tetapi pasti" katanya penuh dengan keyakinan dan optimis.
Menurut Pak Jabir, ukuran kolam terpal yang dimilikinya semuanya berukuran 3 x 4 m, yang terletak di samping kiri kanan rumahnya.  Selain itu, dengan ukuran kolam tersebut beliau menebarkan bibit ikan lele sebanyak 2000 ekor dengan kepadatan 166 ekor/m2 dengan masa pemeliharaan antara 3 - 3,5 bulan.  
Kolam terpal milik Pak Jabir di desa Gusunge
Menurut informasi dari beliau, bibit ikan yang dibelinya berasal dari luar daerah (Bogor) dengan ukuran 5 - 7 cm per ekor dan harga Rp 325/ ekor, sudah sampai ditempat.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pak Jabir, setelah masa pemeliharaan 3 - 3,5 bulan dari penebaran  2.000 ekor/kolam akan dihasilkan berat panen antara 350 - 400 kg dengan ukuran 4 - 5 ekor/kg.  Kalo kita kalkulasikan akan diperoleh SR (Survival Rate) selama masa pemeliharaan sekitar  80 - 85%, artinya ikan yang dipelihara saat pemeliharaan sampai panen kematiannya sekitar 15 - 20%.
Ikan Lele hasil peliharaan Pak Jabir
Hasil wawancara dan pengamatan, diperoleh keterangan dari Pak Jabir bahwa dalam 2.000 ekor bibit ikan lele (per buah kolam), dengan masa pemeliharaan 3 - 3,5 bulan menghabiskan sekitar 200 - 300 pakan buatan (pellet), dengan rata-rata 250 kg pakan/2.000 ekor.  Kalo kita lihat hasil seperti tersebut di atas, maka dapat kita ketahui FCR (Food Convertion Ratio)-nya, yaitu  antara 1,4 - 2.  Berdasarkan perhitungan tersebut, maka bisa kita kalkulasikan potensial keuntungan kotor yang bisa diperoleh Pak Jabir berkisar antara   Rp. 3 - 3,5 Juta per sekali panen (per sekali tebar) per kolam atau 1 Juta/bulan/kolam.  Lumayan bukan???  Hal tersebut di atas dengan asumsi bahwa pakan yang digunakan adalah hasil buatan Pak Jabir sendiri.
Pak Jabir dan Crew SMB Online sedang wawancara
Menurut Pak Jabir, usaha seperti ini tidak bisa dibuat main-main, artinya dalam melaksanakannya jangan setengah-setengah, harus serius, "Kita harus serius melakukannya sebab yang kita pelihara ini punya nyawa, kalo mati ya rugi", katanya.  "Namun, walaupun bagaimana pun juga di dalam berusaha itu pasti ada untung ruginya", tambahnya.  Dalam hal ini, beliau juga menyampaikan beberapa kendala atau pItu Pak, biasanya kalo kami ganti air ikannya banyak loncat-loncat seperti berkelahi" katanya.   Tetapi bagaimanapun keadaannya, beliau mengucapkan alhamdulillah, sebab selama memelihara ikan lele ini, lumayan saja keuntungannya.  "Saya berharap mudah-mudahan saja usaha yang saya tekuni ini bisa memberikan yang terbaik bagi keluarga saya," katanya.
Pak Jabir melayani konsumen yang membeli pakan ikan
Permasalahan yang dihadapinya, diantaranya modal masih terbatas, teknis budidaya masih kurang dan juga pada saat pergantian air banyak ikan yang stress.
Selain memelihara ikan lele, ternyata masih ada kerjaan sampingan beliau, yaitu menjual pakan hasil olahannya.  Ini kami buktikan pada saat kami berkunjung ke rumah beliau untuk wawancara guna meliput berita mengenai usaha beliau.
Menurut beliau, hampir setiap hari beliau membuat pakan buatan, dengan bahan baku ikan kering dan tepung dedak, dengan alat penggiling sederhana ynag dibeli beliau dengan dana swadaya.  Harga pakan yang dijual adalah Rp 6.000/kg.  Konsumen yang membeli pakan ini adalah konsumen lokal, juga ada beberapa konsumen yang berasal dari daerah luar (desa tetangga). Adapun aktifitas beliau dalam pembuatan pakan dipengaruhi oleh faktor ketersediaan bahan baku ikan kering dan kondisi musim.  Saat ini, musim hujan sedang berjalan hingga proses pembuatan dan pengeringan pakan masih belum optimal. (echo).

Oleh : Eko Prio Raharjo, S.Pi - Koordinator Penyuluh Perikanan Kab. Tanah Bumbu, Kalsel

Tidak ada komentar: