Minggu, 20 November 2011

Kisah Di Balik Dua Roda

Seiring angin berhembus, menerpa wajahku yang sangat kencang, sebanding dengan tarikan gas sepeda motorku.  Dengan semangat di hati, kulalui serpihan-serpihan pasir pantai disamping deburan ombak pagi yang berirama.  Terik panas pagi yang menghangatkan diri bagi sang hamba yang sendiri disini.  Yang selalu diterjang kerinduan yang sangat mendalam kepada pujaan hati.  Itulah yang kurasakan saat aku melalui liku-liku pantai Pagatan yang indah ini.

Air dalam derigen, yang siap diangkut ke pasar ikan

Saat mataku tertuju kepada orang tua yang sedang mengambil air di tepi pantai, aku pun langsung menghentikan sepeda motorku.  Aku bertanya dalam hati, "untuk apakah air laut yang diambil itu?" karena merasa penasaran, maka akupun segera menghampiri beliau.

"Assalamu'alaikum, maaf pak kalo ulun mengganggu pian, kalo ulun boleh tau kesan apa banyu laut yang pian ambil ini?" salam sekaligus pertanyaan yang kulontarkan kepada beliau.  Kemudian beliau menjawab, "Banyu ini kesan dijual ke pasar iwak".  Lalu akupun berfikir, hingga terjadilah wawancara beberapa saat lamanya.

Pak Taher, seorang lelaki yang sudah berumur 63 tahun itu, beliau mengaku sudah 6 (enam) tahun menjalani profesi seperti ini.  Dengan sabar beliau menekuninya demi untuk menafkahi keluarganya.  Walaupun sudah tidak muda lagi, lelaki yang tegar ini tetap semangat dalam mencari nafkah untuk anggota keluarganya.

Maklum, pasar ikan yang terletak agak jauh dari pantai hingga memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk mengambilnya ke laut.  Juga banyaknya para pedagang ikan yang menggelar dagangannya di tepi-tepi jalan.  Nah, peluang ini dipergunakan sebaik-baiknya bagi Pak Taher untuk mengadu nasib untuk mencari sesuap nasi.  Akhirnya alhamdulillah, dengan usaha mengambil air laut lalu menjualnya ke pedagang-pedagang ikan yang ada di Pasar Pagatan, Kusan Hilir.  Menurut Pak Taher, hanya beliau sendiri yang melakukan usaha itu.  Air laut yang diambil dengan menggunakan derigen (kapasitas 25 liter) diangkut dengan menggunakan gerobak kemudian diantar ke pedagang-pedagang ikan yang ada di pasar.

Pak Taher.... begitu besar jasa dan pengorbananmu
Berdasarkan hasil wawancara, air yang dibawa dalam gerobak setiap kali trip sebanyak 11 derigen dengan harga Rp 3.000,- per buah derigen.  Jika sekali trip maka pendapatan beliau 11 buah x Rp 3.000,- = 33.000,- per trip.  Menurut beliau, pada saat musim ikan satu hari sampai 5 kali trip sehari, namun jika bukan musim ikan (hari biasa) hanya mencapai 1 - 2 kali trip saja sehari.

Nah, perlu kita ketahui bahwa berkat jasa Pak Taher inilah, kita bisa membeli ikan segar yang ada di pasar ikan.  Karena air yang dijual oleh Pak Taher itu digunakan untuk mencuci dan membasahi ikan supaya selalu dalam keadaan segar, selain diberi es.  

Semoga apa yang engkau harapkan, apa yang kau inginkan akan tercapai Pak Taher.  Semoga Tuhan selalu menyertaimu dan memberimu rezeki yang halal, biar sedikit tetapi berkah....
Amin Allaahumma Amin.

Buat diri saya pribadi, buat kawan-kawan, buat sahabat-sahabat, buat ibu-ibu, buat bapak-bapak, buat adik-adik maupun kepada siapa saja yang membaca tulisan/cerita ini, mari kita syukuri apa yang telah diberikan kepada kita semua.  Biar sedikit, seadanya, yang penting dicari dengan cara yang halal, hingga bisa membawa keberkahan...
BRAVO PENYULUH PERIKANAN...!!!
(Oleh : Eko Prio Raharjo, S.Pi - Koordinator Penyuluh Perikanan Kab. Tanah Bumbu)

Tidak ada komentar: